Jumat, 25 Maret 2011

Objek dan Metodologi Penelitian

BAB III
OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek Penelitian
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian pada PT Tripatra Engineers & Constructors Jakarta, sebuah perusahaan yang memanfaatkan kondisi alam dan lingkungan bisnis di Indonesia, beroperasi sebagai perusahaan jasa kontraktor yang mengerjakan proyek-proyek pengeboran minyak dan gas di Indonesia. Perusahaan ini merupakan pelanggan atau pemakai (user) alas kaki dari industri Sepatu Pengaman (safety shoes) merek Cheetah PT Forta-Larese Jakarta.
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada PT Tripatra Engineers & Constructors Jakarta, yang berkantor di Jl. RA Kartini No.34 (Outer Ring Road) Cilandak Barat, Jakarta Selatan 12430 – Indonesia Telp. (62-21) 750 0701 Fax. (62-21) 750 6531, 750 0700, E-mail: www.@tripatra.com.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2010. Waktu tiga bulan ini telah dilaksanakan penelitian secara bertahap diawali dengan prasurvei (pendahuluan), penulisan proposal, pengajuan surat izin, pembuatan instrumen, konsultasi, penyebaran instrumen, pengolahan data dan penyusunan skripsi.
B. Metode Penelitian
1. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat studi kasus dengan mengunakan data-data yang bersifat deskriptif.
Menurut Istijanto (2009:31), menjelaskan bahwa kata deskriptif dibentuk dari kata kerja bahasa Inggris to describe yang berarti “menggambarkan”. Jadi penelitian deskriptif merupakan jenis penelitian yang bertujuan menggambarkan sesuatu. Hal-hal yang bisa digambarkan dalam penelitian deskriptif meliputi karakteristik pelanggan, prilaku pembelian, motivasi membeli, sikap konsumen, tingkat kepuasan konsumen, dan sebagainya.




2. Operasional Variabel Penelitian
a. Variabel Penelitian
Variabel Penelitian menurut Sugiyono (2005:32), adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.
Variabel dalam penelitian ini adalah Variabel X, sebagai variabel bebas atau variabel mempengaruhi (independent) yaitu kualitas produk, dan Variabel Y, sebagai variabel terikat atau variabel dipngaruhi (dependent) yaitu kepuasan pelanggan. Kedua variabel ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1). Kualitas Produk adalah tingkat kemampuan dari suatu merek atau produk tertentu dalam melaksanakan fungsi yang diharapkan (Assauri, 2007:211).
2) Kepuasan Pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja (atau hasil) yang diharapkan (Kotler, 2007:177).
b. Dimensi Variabel Penelitian
Dimensi menurut Wikipedia Bahasa Indonesia (2009:1) adalah parameter yang dibutuhkan untuk menggambarkan posisi dan sifat-sifat obyek dalam suatu ruang.
Dalam penelitian ini dijabarkan dimensi dari kedua variabel di atas adalah:
1). Dimensi Kualitas Produk menurut Tjiptono (2008:68), adalah:
(a). Kinerja (Performance)
(b). Fitur (Features)
(c). Keandalan (Reliability)
(d). Konformasi (Conformance)
(e). Daya Tahan (Durability),
(f). Kecepatan dan kemudahan ( Serviceability )
(g). Estetika (Aesthetics)
(h). Persepsi terhadap kualitas ( perceived quality )

2). Dimensi Kepuasan Pelanggan, menurut Wiliam dan Chauduri dalam
Khadafi (2009:14-16), adalah:
(a). Kognitif (Cognitive)
(b). Afektif (Affective)
Dimensi-dimensi di atas menggambarkan posisi dan sifat-sifat variabel penelitian, baik itu variabel kualitas produk maupun variabel kepuasan pelanggan. Untuk memudahkan pengukuran, maka dimensi-dimensi itu dijabarkan lagi menjadi indikator–indikator variabel penelitian.
c. Indikator dari Dimensi Variabel Penelitian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:430), Indikator adalah sesuatu yang dapat memberikan (menjadi) petunjuk atau keterangan.
Dalam penelitian ini indikator-indikator yang dijabarkan dari dimensi variabel penelitian, dijadikan sebagai titik tolak atau petunjuk untuk menyusun item-item instrument kuesioner yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.yang harus dijawab oleh responden. Indikator yang dijabarkan dari dimensi variabel penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1. dibawah ini:





Tabel 3.1.
Operasional Variabel Penelitian

Variabel Dimensi Indikator Kategori Skala
Kualitas Produk Kinerja (Performance)  Sepatu Pengaman Cheetah dapat melindungi kaki dari benda tajam.
 Sepatu Pengaman Cheetah dapat melindungi kaki dari tempat yang licin.
 Sepatu Pengaman Cheetah dapat melindungi kaki dari benturan benda berat. STS











TS













N






S















SS





















INTERVAL
Keandalan
(Reliability)
 Dilapisi besi
 Sol tebal
 Penempelan sol kuat
Konformasi
(Conformance)  Standar Nasional dan Internasional
 Kesesuaian dengan lingkungan kerja

Daya Tahan
(Durability)  Daya tahan kegoresan
 Daya tahan tekukan
 Daya tahan api
 Daya tahan air
 Daya tahan kelicinan (anti-slip)
 Daya tahan benturan benda berat
 Daya tahan tekanan benda tajam
 Daya tahan panas
 Daya tahan karat
Kecepatan dan Kemudahan Produk
(Serviceability)  Kemudahan dalam perawatan
 Kemudahan dalam pengeringan
 Produk selalu siap dipesan (ready stock)
Estetika (Aesthetic)  Memberikan rasa nyaman
 Memberikan rasa percaya diri
Persepsi Terhadap Kualitas (Perceived Quality)  Lama perusahaan beroperasi.
 Memiliki pabrik
 Teknologi Modern
 Sertifikasi
Kepuasan Pelanggan Kognitif
(Cognitive)  Kesadaran terhadap produk
 Pengetahuan dari pengalaman menggunakan produk
Afektif
(Affective)  Kesukaannya terhadap produk
 Pilihan utama terhadap produk
 Keyakinan terhadap produk







Dengan demikian dapat digambarkan pola atau bentuk hubungan antar variabel-variabel penelitian di atas, sebagai berikut:











Sumber: Sugiyono (2005:12)

Gambar 3.1. Bentuk Hubungan antar Variabel


Menurut Sugiyono (2005:12), bahwa pola atau bentuk hubungan di atas merupakan hubungan kausal, yaitu hubungan sebab akibat, variabel X mempengaruhi variabel Y, sehingga bila X maka Y.
3. Metode Penarikan Sampel dan Populasi Penelitian
a. Populasi Penelitian
Menurut Istijanto (2009:113), menjelaskan bahwa populasi merupakan jumlah keseluruhan yang mencakup semua anggota yang diteliti, sedangkan menurut Sugiyono (2005:72), menyatakan bahwa populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan lapangan PT Tripatra Engineers & Constructors Jakarta yang menggunakan Sepatu Cheetah (Safety Shoes) jumlahnya ada 400 orang.
b. Sampel Penelitian
Menurut Istijanto (2009:113), sampel adalah bagian yang lebih kecil dari populasi.
1). Teknik Pengambilan Sampel
Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik acak sederhana (Sample Random Sampling).
Menurut Istijanto (2009:120), menjelaskan bahwa kata “random” artinya acak atau tanpa aturan, “simple” artinya sederhana atau tanpa prosedur yang rumit. Dengan metode ini, sampel dipilih secara langsung dari populasi dengan peluang setiap anggota populasi untuk terpilih menjadi sampel sama besar.
Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah acak sederhana (Sample Random Sampling), alasannya karena responden atau pelanggan Sepatu Pengaman Cheetah sejenis, yaitu pelanggan yang membutuhkan sepatu pengaman (safety shoes) untuk melakukan aktivitas perusahaannnya di lapangan (out door).



2). Ukuran Sampel
Menurut Umar (2004:6), menjelaskan bahwa untuk menentukan jumlah sampel dari populasi yang akan diteliti, digunakan metode Slovin dengan rumus:
N
n =
1 + Ne2

Keterangan :
N = Jumlah populasi
n = Jumlah sampel
e = Kesalahan dalam mengambil sampel yang di tetapkan sebesar
10 %.
Di dalam penelitian ini sampel yang di ambil secara acak sesuai dengan rumus ukuran sampel di atas adalah:
400
n =
1 + 400 (0,1)2

400
n =
1 + 400 (0,01)

400
n =
1 + 4

400
n =
5

n = 80 responden/orang

Jadi sampel dalam penelitian ini diperoleh sebanyak 80 responden/orang.

C. Metode Pengumpulan data
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut:
1. Metode Pengumpulan Data Primer
Di dalam bukunya Istijanto (2009:44), menjelaskan tentang data primer. Kata primer (primary) merupakan lawan kata dari sekunder dan berarti utama, pertama, atau secara langsung dari sumbernya. Pengertian data primer adalah data asli yang dikumpulkan oleh periset untuk menjawab masalah risetnya secara khusus.
a. Data Kualitatif
Menurut Istijanto (2009:45), bahwa data kualitatif bersifat tidak terstruktur dalam arti variasi data yang diberikan oleh sumbernya (orang, partisipan, atau responden yang ditanyai) sangat beragam. Kondisi ini memang di sengaja oleh periset karena tujuannya untuk memperoleh ide atau pandangan yang mendalam dan luas dari tiap partisipan. Kebebasan partisipan dalam menyampaikan pendapat membuat periset mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik atas masalah yang sedang diteliti.


Untuk mendapatkan data kualitatif dilakukan dengan teknik:
1). Wawancara
Wawancara menurut Istijanto (2009:49), merupakan metode yang digunakan untuk memperoleh informasi secara langsung, mendalam, tidak terstruktur, dan individual.
Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data primer kualitatif dengan metode wawancara, penulis datang ke kantor PT Tripatra Engineering & Contractors Jakarta untuk melakukan studi pendahuluan dengan teknik wawancara langsung dengan pihak yang berkompeten dalam perusahaan, mengenai obyek yang diteliti. Wawancara yang digunakan adalah wawancara terbuka yang dilakukan peneliti, sehingga peneliti dapat menentukan secara pasti variabel apa yang harus diteliti berdasarkan fenomena yang ada. Selanjutnya setelah diketahui variabel yang akan diteliti maka melalui teknik wawancara juga peneliti mendapatkan informasi tentang sejarah perusahaan, visi dan misi perusahaan, struktur organisasi, dan jumlah karyawan lapangan yang menggunakan Sepatu Cheetah dari PT Forta-Larese Jakarta.
Teknik wawancara memiliki kelebihan anatara lain; penulis dapat menggali (mengeksplorasi) informasi secara terperinci dan jelas. Bagi pihak perusahaan yang diwawancarai lebih leluasa menjelaskan apa yang ditanyakan oleh peneliti, tidak terikat oleh jawaban tertentu.

b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif menurut Istijanto (2009:45), adalah data yang bersifat terstruktur atau berpola sehingga ragam data yang diperoleh dari sumbernya (responden yang ditanyai atau obyek yang diamati) cenderung memiliki pola yang lebih mudah dibaca oleh periset. Hal ini dimungkinkan karena periset dalam pengumpulan datanya menggunakan alat yang terstruktur, misalnya memberikan alternatif jawaban terhadap pertanyaan yang disampaikan kepada responden sehingga responden sekadar memilih jawaban yang sesuai dengan pendapatnya. Karena pilihan jawabannya sudah tertentu maka jawaban (data) yang terkumpul akan berkisar pada alternatif tersebut. Selanjutnya, periset berusaha mengubah data atau jawaban responden menjadi satuan kuantitatif atau angka sehingga diebut sebagai data kuantitatif.
Di sisi lain Sugiyono (2005:13), menjelaskan bahwa pada suatu proses penelitian sering hanya terdapat satu jenis data yaitu kuantitatif atau kualitatif saja, tetapi mungkin juga gabungan keduanya. Dalam gabungan keduanya seperti data kualitatif merupakan data berbentuk kata, kalimat, skema, dan gambar yang diangkakan (skoring).
Untuk mendapatkan data kuantitatif dilakukan dengan teknik:
1). Survei (Kuesioner)
Survei menurut Istijanto (2009:56), merupakan metode yang digunakan secara luas, khususnya dalam riset konsumen. Informasi dikumpulkan dengan menanyai orang melalui daftar pertanyaan atau kuesioner yang terstruktur. Dengan survei, periset bertujuan memperoleh informasi seperti preferensi, sikap, atau pendapat responden yang diungkapkan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan.
Beberapa alasan penulis dalam mendapatkan data kuantitatif menggunakan teknik survei dengan menyebar kuesioner, antara lain: penulis dapat menggali informasi secara terperinci, pertanyaan atau pernyataan yang diajukan dan jawaban yang di terima sangat jelas, peneliti dapat mengontrol pertanyaan, responden memiliki lebih banyak waktu untuk merespons atau menjawab pertanyaan atau pernyatan yang diajukan peneliti, selain itu untuk memperoleh kesediaan responden, peneliti memberikan hadiah atau sofenir sebagai kenang-kenangan, serta informasi didapat langsung dari sumbernya (responden atau pelanggan).
Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data primer kuantitatif, penulis langsung menghubungi karyawan lapangan PT Tripatra Engineers & Constructors Jakarta, yang merupakan responden dalam penelitian ini, dengan menyebar kuesioner kepada 80 responden/orang.
2. Metode Pengumpulan Data Sekunder
Selain data primer, Istijanto (2009:38), juga menjelaskan tentang data sekunder. Kata sekunder berasal dari bahasa Inggris secondary yang berarti kedua atau bukan secara langsung dari sumbernya melainkan dari pihak lain. Pengertian ini juga melekat pada data sekunder. Data sekunder merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain bukan oleh periset sendiri-untuk tujuan yang lain. Ini mengandung arti bahwa periset sekedar mencatat, mengakses, atau meminta data tersebut (kadang sudah berbentuk informasi) ke pihak lain yang telah mengumpulkannya di lapangan.
a. Data Eksternal
Menurut Istijanto, (2009:41-42), menjelaskan bahwa sesuai dengan kata “eksternal” yang berarti “dari luar”, data eksternal merupakan data yang berasal dari luar perusahaan, artinya yang mengumpulkan atau mempublikasikan data tersebut bukanlah perusahaan yang bersangkutan melainkan organisasi lain seperti pemerintah, organisasi nirlaba atau yayasan, asosiasi dagang, perusahaan investasi atau perusahaan riset. Untuk mendapatkan data eksternal yang kadang juga sudah berupa informasi, periset dapat mengunjungi berbagai perpustakaan yang lengkap dalam bentuk buku, dokumen-dokumen, berbagai terbitan seperti majalah, surat kabar, jurnal akademik, dan database yang sudah dikomputerisasi dalam bentuk piringan CD.
Penulis untuk mendapatkan data sekunder dari luar perusahaan PT Tripatra Engineers & Constructors Jakarta, yaitu dengan memanfaatkan publikasi data yang sudah jadi seperti, mengunjungi perpustakaan untuk melakukan studi pustaka (library research) seperti: studi pustaka pada Perpustakaan Universitas Pamulang (UNPAM), Perpustakaan Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia /UI Depok, Perpustakaan Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Institut Pertanian Bogor/IPB, serta membaca buku-buku, jurnal ilmiah, majalah, internet, dan sumber publikasi lain yang ada hubungannya dengan penelitian.

D. Metode Analisis Data
1. Analisis Statistik Deskriptif
Untuk menganalisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensia.
Analisis statistik deskriptif, menurut Istijanto (2009:96) adalah bertujuan mengubah kumpulan data mentah menjadi mudah dipahami dalam bentuk informasi yang lebih ringkas
Di sisi lain Sugiono (2005:142), menjelaskan statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
Dalam analisis deskriptif nilai-nilai yang diperoleh diwakili oleh mean (rata-rata), median, modus, tabel frekuensi, atau persentase, yang akan dijabarkan di bawah ini:
a. Mean
Mean menurut Istijanto (2009:97), adalah rata-rata dari hasil observasi terhadap suatu variabel dan merupakan jumlah dari seluruh hasil observasi dibagi dengan jumlah observasinya. Sehingga Mean dirumuskan sebagai berikut:
 = ∑ / n
Di mana :
 : nilai rata-rata observasi
∑ : jumlah semua hasil observasi
n : jumlah observasi
b. Modus
Modus, menurut Istijanto (2009:97), adalah menggambarkan nilai yang paling sering muncul atau memiliki frekuensi terbanyak..Penggunaan kata ”kebanyakan”, ”paling banyak”, atau ”sebagian besar” mengindikasikan penggunaan modus dalam analisis deskriptif.
c. Median
Median, menurut Istijanto (2009:98), adalah mengukur nilai tengah dengan membagi jumlah observasi secara seimbang dari atas ke bawah.
d. Tabel Frekuensi
Tabel frekuensi, menurut Istijanto (2009:100), adalah mengumpulkan kategori yang sama dalam satu kelompok sehingga memberikan hasil yang mudah dipahami.


e. Persentase
Persentase, menurut Istijanto (2009:100), adalah memberikan gambaran yang mudah dalam membandingkan atau untuk mengetahui data yang terbanyak dalam satuan persentase (%). Pengertian persentase yang digunakan disini adalah sama dengan yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Kategori data yang memiliki jumlah lebiih besar dari 50% dalam analisis persentase sering dikatakan sebagai mayoritas. Persentase sering dikombinasikan dengan modus, dan tabel frekuensi.
Dalam penelitian ini, statistik deskriptif yang digunakan adalah penyajian data melalui tabel untuk melihat data-data yang berkaitan dengan persepsi pelanggan dan karakteristik responden.
2. Analisis Statistik Inferensia
Analisis statistik inferensia, menurut Istijanto (2009:103), adalah bertujuan untuk menguji nilai hipotesis suatu variabel, sedangkan menurut Sugiono (2005:143), statistik inferensia adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Suatu kesimpulan dari data sampel yang akan diberlakukan untuk populasi itu mempunyai peluang kesalahan dan kebenaran (kepercayaan) yang dinyatakan dalam bentuk persentase. Bila peluang kesalahan 5% maka taraf kebenaranya 95%, bila peluang kesalahan 1% taraf kebenaranya 99%. Dalam statistik inferensia, diadakan pendugaan parameter, membuat hipotesis, serta menguji hipotesis tersebut sampai pada pembuatan kesimpulan yang berlaku umum.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitan ini adalah studi kasus dengan mempelajari secara rinci permasalahan yang terjadi dengan tinjuan teoritis yang ada.
a. Uji Validitas
Menurut Ghozali (2002:135), bahwa uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau validnya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Contoh: Meteran merupakan alat yang valid untuk mengukur satuan panjang. Meteran tersebut menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur satuan berat pada suatu benda.
Beberapa kategori validitas yang digunakan oleh para ahli dan para peneliti, diantaranya:
1). Validitas Konstruksi (Construct Validity)
Menurut Arif (2009:301), bahwa validitas Konstruksi adalah instrumen terutama kuesioner yang di buat harus dapat mengukur dengan jelas kerangka penelitian yang hendak dilakukan. Misalnya kuesioner untuk mengukur persepsi masyarakat tentang bahaya gunung Merapi, maka kuesioner yang harus di buat harus mampu mengukur kerangka konsep bahaya.
Di sisi lain, Sugiyono (2005:114), menjelaskan bahwa untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgement experts) dalam hal ini setelah instrument dikonstruksikan tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli.
2). Validitas Isi (Content Validity)
Menurut Arif (2009:301), bahwa validitas isi adalah apa yang dikandung dalam instrument harus mencakup semua aspek yang hendak diukur. Misalnya isi pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner harus mewakili aspek-aspek yang hendak dicapai. Di sisi lain, Sugiyono (2005:119), menjelaskan bahwa secara teknis pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrument. Atau matrix pengembangan instrument. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, dimensi maupun indikator sebagai tolok ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. Dengan kisi- kisi instrumrn itu maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis.
3). Validitas Prediktif
Yaitu kemampuan instrumen untuk melakukan prediksi hasil pengukuran.
Dalam penelitian ini, uji validitasnya termasuk kategori Validitas Konstruksi dan Validitas Isi, karena menggunakan kerangka variabel berupa dimensi dan indikator. Selain itu juga karena mengukur isi kandungan instrumen kuesioner, apakah mencakup aspek yang akan di ukur atau tidak.
Menurut Arif (2009:302), menjelaskan bahwa data untuk uji validitas dan reliabilitas dapat berupa data ordinal maupun data interval, semua data tersebut bertipe numerik (angka). Uji validitas dan uji reliabilitas juga dilakukan dengan dua cara: Pengukuran secara berulang (Repeated Measure Method), dan pengukuran sekali ukur. (One Shot).
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data interval yang diangkakan (score), serta uji validitas dan uji reliabilitas menggunakan cara pengukuran secara berulang (Repeated Measure method), yaitu dengan membandingkan hasil pengukuran pertama dengan hasil pengukuran kedua.
Untuk menentukan suatu instrumen kuesioner valid atau tidak valid menurut Arif (2009:313), adalah dengan cara: nilai r hitung (Korelasi skor item tiap butir yang tercantum pada tabel item-Total Statistics, pada kolom Corrected Item-Total Correlation) yang diperoleh dibandingkan dengan nilai r table Product Moment Pearson. Jika nilai r hitung, lebih besar dari r table, maka data tersebut dikatakan valid. Begitu juga sebaliknya, jika r hitung lebih kecil atau kurang dari r tabel, maka data tersebut tidak valid. Jika terdapat butir pertanyaan atau pernyataan yang tidak valid, sebaiknya dihilangkan, selanjutnya akan diuji kembali pertanyaan yang valid tersebut dengan prosedur komputer yang sama. (Untuk menentukan r tabel dapat dilihat pada lampiran…… pada “tabel niai-nilai r Product Moment).
Hal ini dipertegas juga oleh Siregar (2007:1), bahwa dalam pengujian validitas konstruk, koefisien korelasi momen-produk Pearson (ρ atau r) digunakan sebagai batas valid atau tidaknya sebuah item (butir). Jika skala (kuesioner) dan semua item disusun mengikuti prinsip skala Likert (Likert Summated Ratings), maka sebuah item dianggap valid jika koefisien hubungan item tersebut dengan total keseluruhan item yang kemudian kita notasikan sebagai R haruslah lebih besar atau sama dengan R dalam Tabel r (R ≥ r).
Di sisi lain, Sekaran (2006:202), menjelaskan bahwa dalam sebuah kasus uji validitas (keabsahan) dan reliabilitas (keandalan) suatu item kuesioner, jika hasilnya kurang dari nilai standar yang sudah ditetapkan peneliti, berdasarkan penghitungan statistik, maka sebaiknya peneliti mempertimbangkan untuk tidak menggunakan item tersebut karena dianggap buruk.
b. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas menurut Ghozali (2002:132), adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Contoh: Meteran jika hari ini digunakan untuk mengukur satuan panjang seluas 3 (tiga) meter, maka di lain waktu, besok atau lusa akan tetap 3 (tiga) meter. Hal itu berarti alat ukur satuan panjang atau meteran tersebut reliable (andal) karena tetap konsisten.
Model-model yang digunakan untuk anaisis reliabilitas menurut Arif (2009:302), antara lain:
1). Alpha (Cronbach), yaitu model ini merupakan model internal
konsistensi berdasarkan rata-rata korelasi antar-item.
2). Split-Half, yaitu model ini membagi pengukuran menjadi dua
bagian dan menganalisis korelasi antara kedua bagian
tersebut.
3). Guttman, yaitu model ini menganalisis menggunakan batas
bawah Guttman untuk uji reliabilitas.
4). Parallel, yaitu model ini mengasumsikan bahwa seluruh item
mempunyai varian yang sama dan varrian error error yang
sama pula.
5). Strict Parallel, yaitu model ini menggunakan asumsi bahwa
pada model Parallel dan juga mengasumsikan bahwa rata-rta
item adalah sama.
Model analisis uji reliabiltas yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Alpha Cronbach Sedangkan Alpha Cronbach itu sendiri menurut Arif (2009:317) adalah sebuah ukuran reliabilitas, khususnya batas bawah reliabilitas yang dapat diterima dalam survey. Secara matematis, reliabilitas didefinisikan sebagai proporsi heterogenitas responden yang akan menghasilkan perbedaan respon responden. Respon jawaban dari responden akan bervariasi karena masing-masing mempunyai opoini yang berbeda, bukan karena kuesioner yang membingungkan dan multi interpretasi.
Untuk menentukan instrumen kuesioner reliable atau tidak reliable, menurut Arif (2009:317), yaitu dengan cara membandingkan nilai r Alpha (Alpha Cronbach) dengan r tabel yang sudah di ketahui pada uji validitas. Jika r Alpha positif dan lebih besar dari r tabel maka instrumen tersebut andal (reliable). Sebaliknya jika r Alpha negatif atau r Alpha kurang dari r tabel, maka instrumen tersebut tidak andal (not reliable). Untuk melihat nilai r Alpha dapat dilihat pada akhir analisis yaitu pada tabel Reliability Statistics.
Di sisi lain, Sekaran (2006:177), menegaskan bahwa Alfa Cronbach adalah koefisien keandalan yang menunjukan seberapa baik item dalam suatu kumpulan secara positif berkorelasi satu sama lain. Alfa Cronbach dihitung dalam hal rata-rata interkorelasi antar – item yang mengukur konsep. Semakin dekat Alfa Cronbach dengan 1 (satu), semakin tinggi keandalan konsistensi internal.
Dalam penelitian ini, untuk mengolah dan menganalisis uji validitas dan uji reliabilitas, penulis menggunakan Software SPSS (Statistical Program for Social Science) versi 17.00 for windows.
c. Analisis Korelasi Product Moment ( Korelasi Pearson )
Korelasi Product Moment menurut Umar (2005:207), adalah analisis korelasi yang berguna untuk menentukan suatu besaran yang menyatakan bagaimana kuat hubungan suatu variabel dengan variabel lain.
Notasi untuk statistik Korelasi Product Moment ini dihitung dengan rumus:

n(∑) - (∑)(∑)
√[ n (∑²)-(∑)²] √ [n (∑²)-(∑)²]

Keterangan :

r : Nilai Koefisien korelasi antara X dan Y

∑ : Jumlah pengamatan variabel X

∑Y : Jumlah pengamatan variabel Y

∑ : Jumlah hasil perkalian variabel X dan Y

(∑²) : Jumlah kuadrat dari pengamatan variabel X

(∑)² : Kuadrat dari jumlah pengamatan variabel X

(∑Y²) : Jumlah kuadrat dari pengamatan variabel Y

(∑Y)² : Kuadrat dari jumlah pengamatan variabel Y

n : Jumlah pasangan pengamatan Y dan X

Dengan demikian dapat dijelaskan ketentuan pengaruh atau hubungan yang terjadi:
1) Apabila nilai r > 0
Hubungan antara X dan Y merupakan hubungan yang positif, yaitu makin besar nilai variabel X (bebas), maka makin besar pula nilai Variabel Y (terikat), atau sebaliknya makin kecil nilai variabel X (bebas), maka makin kecil pula nilai variabel Y (terikat).
2) Apabila nilai r < 0 Hubungan antara X dan Y merupakan hubungan yang negatif, yaitu makin kecil nilai variabel X (bebas), maka makin besar nilai Variabel Y (terikat), atau sebaliknya makin besar nilai variabel X (bebas), maka makin kecil pula nilai variabel Y (terikat). 3) Apabila nilai r = 0 Hubungan antara variabel X (bebas) dan variabel Y (terikat) tidak terdapat hubungan sama sekali. Variabel X (bebas) tidak memberikan kontribusi pada peningkatan variabel Y (terikat). 4) Apabila nilai r = 1 atau r = -1 Artinya telah terjadi hubungan yang sempurna antara variabel X (bebas) dengan variabel Y (terikat). Untuk r = 1, berarti terdapat hubungan positif yang sempurna antara variabel X (bebas) dengan variabel Y (terikat). Sebaliknya apabila r = -1, berarti terdapat hubungan negatif yang sempurna antara variabel X (bebas) dengan variabel Y (terikat). Tabel 3.2 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,000-0,199 Sangat Lemah 0,200-0,399 Lemah 0,400-,0599 Cukup Kuat 0,600-0,799 Kuat 0,800-1,000 Sangat Kuat Sumber : Sugiyono (2005:183) Untuk membandingkan nilai Koefisien korelasi Product Moment yang sudah dihitung secara manual, maka penulis menghitung dan mrnganalisisnya juga dengan menggunakan Software SPSS (Statistical Program for Social Science) versi 17.00 for windows. d. Koefisien Determinasi Menurut Supranto dalam Yuni (2008:5), koefisien determinasi adalah bagian dari keragaman total variabel Y (terikat) yang dapat diterangkan atau diperhitungkan oleh keragaman variabel X (bebas), yaitu koefisien yang mengukur besarnya persentase kontribusi variasi X terhadap Y. Dalam penelitian ini untuk mengetahui berapa besar persentase kontribusi kualitas produk Sepatu Pengaman Cheetah terhadap kepuasan pelanggan (studi kasus pada PT Tripatra Engineers & Constructors Jakarta), yang dirumuskan sebagai berikut : R = r2 x 100% Keterangan : R = Koefisien Determinasi r = Koefisien Korelasi antara X dan Y Besar kecilnya nilai koefisien determinasi ini menunjukan besar kecilnya kontribusi/sumbangan variabel X (bebas) terhadap variabel Y (terikat). e. Uji Signifikansi Koefisien Korelasi (uji – t) Menurut Supranto dalam Yuni (2008:6), Uji Signifikansi Koefisien Korelasi adalah Untuk menguji kuat lemahnya hubungan antar variabel. Apabila besarnya hubungan = 0, menunjukkan hubungan sangat lemah dan tidak berarti. Sebaliknya apabila hubungan antar variabel secara signifikan ≠ 0, maka hubungan kuat dan berarti. Menurut J. Supranto dalam Yuni Astuti (2008:6), Uji signifikansi koefisien korelasi dilakukan 5 (lima) tahap : 1) Perumusan hipotesis yaitu menguji apakah korelasi dalam sample (r) atau korelasi dalam populasi (....) = 0. 2) Menentukan taraf nyata (α) dengan derajat bebas df = n – k atau df = n – 2. 3) Menentukan uji statistika 4) Menentukan daerah keputusan 5) Menentukan keputusan uji statistika, untuk koefesien korelasi (r). Rumus uji t untuk uji korelasi adalah: r√ n - 2  1 - r² Di mana : t : Nilai t-hitung atau t-observasi r : Nilai koefisien korelasi n : Jumlah data pengamatan Kriteria Uji : a. Jika t hitung ≤ t tabel, berarti Ho diterima, H1 ditolak b. Jika t hitung > t tabel, berarti Ho ditolak, H1 diterima

Interprestasi Taraf Signifikansi :
a. Apabila t hitung > t tabel pada taraf signifikansi 1 %, berarti hubungan antara variabel sangat signifikan.
b. Apabila t hitung > t tabel pada taraf signifikansi 5 %, berarti hubungan antara variabel signifikan.




E. Metode Pembuatan Skala
1. Skala Likert
Menurut Sugiyono (2005:84-85), menyatakan bahwa skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.
Dalam ilmu Statistik banyak sekali jenis-jenis skala dipelajari dan digunakan baik untuk kepentingan akademisi maupun kepentingan praktisi. Dari sekian banyak jenis skala yang telah dikembangkan, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan Skala Likert dalam pembobotan data-data yang diperoleh, sedangkan Skala Likert itu sendiri menurut Sugiyono (2005:86), adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian fenomena sosial ini, telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dalam penelitian ini Skala Likert dan nilai (skoring) yang di gunakan seperti pada tabel 3.2. dibawah ini:





Tabel 3.3
Skala Likert

Kualitas Produk Disingkat Kepuasan Pelanggan Disingkat Skala Nilai
Sangat Setuju SS Sangat Setuju SS 5
Setuju S Setuju S 4
Netral N Netral N 3
Tidak Setuju TS Tidak Setuju TS 2
Sangat Tidak Setuju STS Sangat Tidak Setuju STS 1
Sumber: Sugiyono (2005:88).
Dengan skala pengukuran ini, maka nilai variabel yang diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisien dan komunikatif.
Selanjutnya menurut Istijanto (2009:91), menyatakan bahwa penggunaan 5 kategori dalam skala di atas sangat populer dalam survei konsumen karena dipandang mewakili dengan baik tingkat intensitas penilaian responden. Penggunaan kategori yang terlalu banyak (misalnya sampai 9 kategori) sering kali justru membingungkan responden karena perbedaan tiap kategori menjadi sedemikian tipis dan responden kesulitan untuk membuat pilihan. Sebaliknya, penggunaaan skala dengan jumlah kategori yang sedikit (misalnya hanya 2 kategori) membuat responden tidak leluasa mengungkapkan penilaiannya dan menjadi terpaksa memilih karena tidak ada pilihan yang lebih cocok.
2. Skala Interval
Setelah dibuat Skala Likert dan skala nilainya (skoring), selanjutnya dicari rata-rata dari setiap jawaban responden. Untuk memudahkan penilaian rata-rata tersebut, maka digunakan Skala Interval, sedangkan Skala Interval itu sendiri menurut Istijanto (2009:83), adalah skala yang memiliki urutan dan memiliki interval atau jarak yang sama antara kategori atau titik-titik terdekatnya.
Dalam penelitian ini untuk menentukan panjang kelas interval, menurut Sudjana (2005:47), digunakan rumus sebagai berikut:
Rentang
P = ---------------------
Banyak Kelas

Dimana :
P : Panjang Kelas Interval
Rentang : Data Terbesar – Data Terkecil
Banyak Kelas : 5 (lima)
Jadi, panjang kelas intervalnya dalam penelitian ini sebagai berikut:
5-1
P = -----------
5

4
P = -----------
5


P = 0,8

Sehingga dalam penelitian ini, interval dan kriteria penilaian rata-rata sebagai berikut:
Tabel 3.4.
Skala Interval


Kualitas Produk Disingkat Kepuasan Pelanggan Disingkat Skala
Sangat Setuju SS Sangat Setuju SS 4.20 - 5.00
Setuju S Setuju S 3.40 - 4.19
Netral N Netral N 2.60 - 3.39
Tidak Setuju TS Tidak Setuju TS 1.80 - 2.59
Sangat Tidak Setuju STS Sangat Tidak Setuju STS 1.00 - 1.79
Sumber: Sudjana (2005:47)